Kerinduan Cinta
biarkan aku berenang dalam danau cintaMu
biarkan aku tenggelam dalam samudera kasihMu
biarkan aku merasakan derasnya arus sungai rinduMu
meski bukan hanya aku
berikanlah aku ruang yang indah walau hanya di sudut kecil hati kekuasaanMu
berikanlah aku secercah harapan penerimaanMu walau hanya setitik dari keseluruhan cahayaMu yang tak dapat kuperkirakan habisnya
berikanlah aku sedikit pancaran sumber sayangMu sehingga dapat menghilangkan kehausan jiwaku yang telah berciri dahaga
berikanlah aku lembutnya sentuhanMu seperti rintiknya gerimis yang menyiram kalbuku yang telah kering
meski bukan hanya aku
0
blank..blank
hanya blank
kosong..kosong
hanya kosong
knapa blank?
tak ada yang beres
tak ada tujuan yang jelas
masalah tak terselesaikan
senyumpun tak bisa berkembang
oh…blank
oh…kosong
knapa kosong?
karena penuh
Deklinasi
Air mata mengalir bagai air
Dalam gelap relungi transisi
Dalam sadar lupa diri
Tak yakini posisi dalam geometri
Itulah kompensasi setiap nafsi
Eksplor misteri dalam Intisari
Bangun konsepsi demi konvergensi
Kolostrum
Hadirmu dalam cerebrum hanya saat duka menempa
Sosokmu tak pernah terbentuk dalam kornea ketika bersuka
Betapa pantas dihinadinakan olehmu
Mengingat segala lara yang mempertaruhkan nyawa
Sejak kolostrum mengalir dalam sendi-sendi syaraf raga
Pertautan hati dan rasa akan tetap terjaga selamanya
Ketulusan dan kemesraan tanpa komisi yang kau berikan
Meski insyaf akan kasihmu, kadang hanya sementara
Kasih dan panjatan asa selalu mengitari di manapun berada
Akankah diri mampu membalas segala dengan segenap jiwa
Kini hanya bisa mendoa:
“semoga bahagia sampai akhir hayatnya
dan selamat di akheratnya”.
Grafik
Garis nasib tak pernah linier
Arus takdir selalu bergelombang
Bahkan meruncing seperti bangun kerucut
Pendakian satu titik puncak rumit
Haluan harus berkali-kali terlampaui
Lingkar yang tak berjari-jari
Masa yang tak pasti kuantitasnya
Ujung tertinggi sebagai parameter daya
Linear bayang mesti tergambar dalam bidang cartesius
Alur laku mewujud gradasi yang menarik dalam grafik
Rumus
Matematikawan berkata “hidup itu rumus”
formal!
formalis!
formalitas!
terciptalah manusia kesepian dalam keramaian
Sastrawan berkata “hidup itu pendobrakan”
keliaran dalam bingkai etika
tampak pelangi meski buta warna
sekedar goresan menjelma lukisan
terciptalah manusia bebas dalam kurungan!
Di antara
Wahai bundar yang gagah di atas sana
tahukah kamu?
Pikirku mengawang dalam kilauan cahayamu
Alam sadarku berkejaran dalam sela pancaranmu
Jalanku gelap di bawah sinarmu yang nyaris sempurna
Arahku kian pudar seiring bentukmu yang makin nyata
Pendar-pendar angin meleraikan setiap sengal nafas lamunanku
Akankah molekul-molekul dari setiap percik air kan membuat lagi utuh dan kukuh?
Ataukah dimensi akan selalu menjadi rapuh
Pinta
Tuhan
Sekali-kali jangan Kau campakkan aku
Tetapkan hati untuk tak lupa padaMu
Tuntunlah langkah tuk slalu pada jalanMU
Dzikirkanlah pikir tuk memaknai ayat-ayatMU
Kalimat-kalimat penunjuk cinta mewarnai irama kehidupan
Perilaku-perilaku kepatuhan menjadi ciri ketakwaan
Tingginya puncak keyakinan indikasi pengabdian
Luasnya lapang kepasrahan menandakan keikhlasan
Ya Rabb, penuhi setiap tarikan nafas dan detik pergantian waktu dengan keridhoan
Firdaus
tanganku terlalu pendek untuk menjangkaumu
sayap terlampau tinggi menerbangkan anganku tuk meraihmu
telapakku teramat kecil tuk bisa menggenggammu erat
lenganku lumpuh sekedar mendekapmu dekat dengan pusat nadi
angin terlalu kencang menggoyahkan kaki guna menyanggamu
semangatku terlalu kuat untuk dipatahkan
keyakinanku terlalu tebal untuk ditembus
hatiku terlalu keras untuk dirajuk
jalan fikiranku terlanjur lurus untuk dibelokkan
pandangku terlalu tajam untuk dibutakan
dunia masih terlalu lebar untuk keputusasaan
segala petunjuk akan kutempuhi
segala arah akan aku datangi
segala posisi akan aku singgahi
Tak ada yang lebih berharga darimu
Sifatmu yang kekal dan penuh rayu
Akumulasi
Hari-hari meniti mimpi bersama mentari
Memenuhi lubang-lubang rajutan yang masih perlu diisi
Saling melengkapi ketaksempurnaan yang pasti
Saat kau tak yakin akan kehilangan, sesuatu yang mesti dan pasti pergi
Saat kau rasa tak punya penopang hidup tuk bersandar
Saat semua beban terhimpit di segala organ tubuhmu yang tak lagi kekar
Satukan langkah, berjalan beriring melawan badai yang setiap saat datang
Pijakkan kaki di bumi dengan tegap, agar kekuatan tumbuh dengan tetap
Berserahlah kepada sang Maha Pemilik segala
Tinggalkan komentar